MANUSIA SEBAGAI
MAKHLUK SOSIAL DAN BUDAYA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
SITI HARDIANA
2SA01
16611806
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya
untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu
hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu
berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak
menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia mempunyai tingkatan yang lebih tinggi dari
makhluk lainnya, manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan
tindakannya melalui proses belajar yang terus-menerus. Oleh karena itu manusia harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang
merupakan pendidikan awal dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan
manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan
ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak dengan yang bukan hak,
antara kewajiban dan yang bukan kewajiban. Sehingga norma-norma dalam
lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang. Agar hasil dari pendidikan,
yakni kebudayaan dapat diimplementasikan dimasyarakat.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang
sebagai motivator terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan
haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang
dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi
bangsa pada umumnya.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kualitas
manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Budaya Dasar
- Untuk mengetahui mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya
- Untuk mengetahui perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang berbudaya
1.3.
Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar
dalam penulisan ini penulis memperoleh hasil yang diinginkan, maka
penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan masalah itu
adalah:
1.
Mengapa manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya?
2.
Apakah definisi manusia dan budaya?
3. Bagaimanakah
perwujudan masyarakat Indonesia sebagai makhluk yang berbudaya ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Manusia sebagai Makhluk yang Berbudaya
Manusia disebut sebagai
makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup
manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia
yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Manusia juga akan mulai
berpikir tentang bagaimana caranya menggunakan hewan atau binatang untuk lebih
memudahkan kerja manusia dan menambah hasil usahannya dalam kaitannya untuk
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Manusia sangat mempunyai hasrat yang
tinggi apabila dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Hasrat untuk selalu
menambah hasil usahanya guna mempermudah lagi perjuangan hidupnya menimbulkan
perekonomian dalam lingkungan kerja sama yang teratur. Hasrat disertai rasa
keindahan menimbulkan kesenian. Hasrat akan mengatur kedudukannya dalam alam
sekitarnya, dalam menghadapai tenaga-tenaga alam yang beraneka ragam bentuknya
dan gaib, menimbulkan kepercayaan dan keagamaan. Hasrat manusia yang selalu
ingin tahu tentang segala sesuatu disekitarnya menimbulkan ilmu pengetahuan.
Ada hakekatnya kebudayaan
mempunyai dua segi, bagian yang tidak dapat dilepaskan hubungannya satu sama
lain yaitu segi kebendaan dan segi kerohanian. Segi kebendaan yaitu meliputi
segala benda buatan manusia sebagai perwujudan dari akalnya, serta bisa diraba.
Segi kerohanian terdiri atas alam pikiran dan kumpulan perasaan yang tersusun
teratur. Keduanya tidak bisa diraba.
2.2
Pengertian Manusia dan Budaya
Manusia (Human)
Manusia atau orang dapat diartikan
berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan,
atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti
"manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamaliayang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam
hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana,
dalamagama,
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup;
dalam mitos, mereka juga
seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan,
mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi
mereka dalam masyarakatmajemuk serta perkembangan teknologinya,
dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan
satu sama lain serta pertolongan.
·
Manusia sebagai makhluk raga dan jiwa
Atas dasar tinjauan manusia sebagai makhluk
monodualisme, maka pendidikan akan menyelaraskan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
baik yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan jasmaniah maupun kebutuhan rohaniah
dipenuhinya secara selaras dan seimbang. Selaras dan seimbang dalam arti
kebutuhan-kebutuhan jasmaniah/hewaniah dipenuhi dengan
pertimbangan-pertimbangan benar dan salah, indah dan tidak indah, baik dan
buruk. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan ini dilaksanakan atas dasar
pertimbangan-pertimbangan tersebut sehingga diharapkan orang dapat terpenuhi kebutuhan
jasmaniahnya tanpa meninggalkan pertimbangan-pertimbangan baik atau buruknya
dalam memperoleh sesuatu untuk kepentingan jasmaniah tersebut.
·
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial
Sebagai makhluk individu dan sosial manusia hendaknya saling
menghargai dan menghormati, saling memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini
individu hendaknya diperlakukan oleh kelompok sebagaimana dia memperlakukan
kelompoknya.
Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam hubungannya dengan orang lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh kelompoknya demikian juga kelompok yang punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh individu. Jadi kebutuhan-kebutuhan itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi secara selaras dan seimbang baik individu maupun kelompoknya.
Pendidikan akan memberikan petunjuk/pengarahan agar di dalam hidup manusia perlu dipenuhi kebutuhan individunya tanpa mengabaikan kebutuhan orang lain. Sebaliknya kebutuhan kelompok dipenuhi tanpa menelantarkan dirinya sendiri. Di samping itu di dalam hubungannya dengan orang lain (kelompok) individu adalah punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh kelompoknya demikian juga kelompok yang punya hak dan tanggung jawab yang harus diakui oleh individu. Jadi kebutuhan-kebutuhan itu ataupun perlakuan-perlakuan itu terpenuhi secara selaras dan seimbang baik individu maupun kelompoknya.
• Ditinjau dari monodualisme pribadi berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan
Pendidikan akan menyadarkan kepada manusia bahwa
apa-apa yang direncanakan ataupun yang dicita-citakan tidak sepenuhnya berkat
usaha manusia itu sendiri tetapi Tuhan ikut menentukannya. Dengan demikian maka
pendidikan akan mendorong manusia dalam berusaha untuk mencapai sesuatu yang
disertai dengan permohonan kepada Tuhan. Jadi manusia harus taqwa pada Tuhan.
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa manusia
merupakan suatu kesatuan dari tujuh unsur/ dimensi yang merupakan kesatuan yang
saling terkait dan bekerja sama dalam mencapai tujuan (hidup). Ketujuh unsur
tersebut dapat dirunut sebagai berikut: Manusia sebagai makhluk yang berdimensi
raga dan berdimensi jiwa. Jiwa terdiri dari tiga hal, yaitu cipta, rasa, dan
karsa. Manusia sebagai makhluk yang berdimensi individu dan berdimensi sosial.
Manusia sebagai makhluk yang berdimensi pribadi dan makhluk Tuhan. Ketujuh
dimensi tersebut disebut sebagai dimensi hakekat manusia.
Kebudayaan (Culture)
Kebudayaan selalu dimiliki oleh setiap masyarakat,
hanya saja ada suatu masyarakat yang lebih baik perkembangan kebudayaannya dari
pada masyarakat lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya.
Pengertian kebudayaan banyak sekali dikemukakan oleh para ahli. Salah satunya
dikemukakan oleh Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, yang merumuskan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil dari karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan, yang diperlukan
manusia untuk menguasa alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabdikan untuk kepntingan masyarakat.
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
Atas dasar itulah para ahli mengemukakan adanya unsur kebudayaan yang umumnya dibagi menjadi 7 unsur, yaitu :
1. Unsur religius;
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
2. Sistem kemasyarakatan;
3. Sistem peralatan;
4. Sistem mata pencaharian hidup;
5. Sitem bahasa;
6. Sistem pengetahuan;
7. Kesenian.
Berdasarkan unsur
diatas, maka kebudayaan paling sedikit memiliki 3 wujud, antara lain:
·
Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, norma, peraturan dan
sejenisnya. Ini merupakan wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, lokasinya
dalam pikiran masyarakat dimana kebudayaan itu hidup.
·
Kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam
masyarakat.
·
Kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.
Menurut JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man”
membagi budaya dalam tiga wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts.
Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku “Pengantar Antropologi” menggolongkan
wujud budaya menjadi:
· Sebagai
suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan
sebagainya
· Sebagai
suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat
· Sebagai
benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan bentuknya, budaya dapat dibagi menjadi 2
yaitu budaya yang bersifat abstrak dan budaya yang bersifat konkret atau nyata:
- Budaya yang bersifat abstrak adalah budaya yang tidak dapat dilihat secara kasat mata karena bearada dalam pemikiran manusia. Contohnya yaitu ide, gagasan, cita-cita dan lain sebagainya.
- Budaya yang bersifat konkret adalah budaya yang berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati, disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.
Perilaku
Perilaku adalah cara
bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia
dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of behavior)
masyarakatnya.
Bahasa
Bahasa adalah sebuah
sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan
telinga (auditory). Ada pula yang berpendapat bahwa bahasa adalah suatu
perjanjian tidak tertulis yang telah kita tandatangani dan berlaku seumur
hidup. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga
manusia dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil dari pertukaran tersebut
adalah budaya yang semakin kaya dan kebudayaan yang berkembang dan semakin maju
seiring dengan perkembangan zaman.
Materi
Budaya materi adalah
hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi misalnya pakaian,
perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat
transportasi.
Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan,
pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang
terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah memperhatikan
isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai
berikut:
Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya adalah Manusia yang
diciptakan untuk menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai makhluk
Tuhan. Manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus
dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab
agar bermakna bagi kemanusiaan dan lingkungan sekitarnya.
Selain mampunyai sebagaimanaa makhluk hidup lainnya,
manusia juga mempunyai akal yang dapat memperhitungkan tindakannya melalui
proses belajar yang terus-menerus. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok atau seorang individu.
Kualitas manusia pada
suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.
Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa saran yang
dapat diberikan menyangkut dengan topik Manusia Sebagai Makhluk yang Berbudaya,
antara lain:
·
Sebagai manusia yang diberikan akal dan kemampuan berpikir oleh Tuhan,
seharusnya kita bisa memanfaatkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada di
negara kita.
·
Sebagai negara yang paling kaya akan budayanya, kita harus menjaga
budaya-budaya yang sudah ada di Indonesia, jangan sampai di klaim oleh negara
lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar